Rabu, 29 April 2020

Thoriqoh Sebagai Makanan dan Obat; Suatu Resensi Buku



Resensi Buku

Judul Buku : "Thoriqoh sebagai makanan dan obat.
Mengikuti Jalan Guru Mursyid, Menggapai Surga Dunia dan Surga Akherat."
Karya        : Muhammad Luthfi Ghozali
Penerbit   : Abshor, 2017. Semarang
Halaman  : ix + 186. 14x 20
Peresensi : Verri JP
Berat        : 300 gram
Harga       : Rp 75.000,- Belum ongkir

Arti kata Thoriqoh menurut bahasa adalah jalan. Maksudnya jalan tertentu yang membuat orang jalan sampai kepada tujuan tertentu.

Perkataan thoriqoh  dalam terminologi tasawuf  menurut Zamakh sari Dhafier, pengarang Tradisi Pesantren adalah "sebagai jalan menuju surga".

Menurut Muhammad Luthfi Ghozali, tujuan orang berthoriqoh itu ada dua sekaligus yaitu untuk mendapatkan surga dunia dan surga akhirat seperti yang ditulis sebagai judul buku ini.

Surga dunia (jamatul ma'rifat) yaitu orang yang mendapat makrifatullah  yaitu  kenal Allah secara persaksian, kenal Sunatullah, yaitu sistem  yang dibangun Allah dalam kehidupan alam semesta. Orang yang mengenal sunatullah, hatinya tidak cenderung kepada gemerlapnya duniawi, meski kehidupannya mengurusi  usaha dunia maka hatinya terjaga dari tipuan kehidupan duniawi. Jasadnya memang di pasar tapi hatinya istiqomah menghadap yang memciptakan kehidupan di pasar, karena hatinya cemerlang rongga dadanya lapang, disinari nur ketuhanan.

Di dalam buku "Thoriqoh sebagai makanan dan obat" bagi penulis resensi buku ini, menarik untuk dikupas.

Pertama, thoriqoh dalam ajaran tasawuf yang umumnya diketahui adalah suatu amaliah yang diberikan oleh Syeikh Mursyid, untuk mendekatkan diri kepada Allah, melalui dzikir dan cara lain yang ditentukan oleh thoriqoh tersebut.

Harun Nasution, seorang  akademisi dan tokoh Islam, menjelaskan ada hal yang prinsipil antara thoriqoh dan  thoriqoh lainnya. Perbedaan yang utama adalah  pada jenis dzikir dan wirid serta tatacara pelaksanaannya jadi wiridlah yang menentukan setiap thoriqoh.

Apa yang ditulis dalam buku-buku thoriqoh sejenisnya biasanya klasik dan baku, karena perkembangan thoriqoh begitu pesat  sejak didirikannya thoriqoh Qadiriyah, yang didirikan oleh Syekh 'Abdul Qadir al Jilani (w 1165).

Kedua, di dalam buku yang saya resensi ini  dijelaskan secara populair mengikuti zaman "now", tanpa melupakan pokok-pokok bahasan klasik seperti tawasul dan Robithoh, tawajjuh/wuquf qolbi dan proses kelahiran ruhani.

Diantaranya dijelaskan  bahwa manusia adalah makhluk lahir batin, jasmani ruhani, bahkan manusia adalah ruh yang dibungkus fisik, bukan sebaliknya, fisik yang dihidupi ruh. Seperti manusia fisik, untuk pertumbuhan dan kesehatan badannya butuh makan, manusia ruh juga demikian. Kalau manusia fisik butuh makanan yang terdiri dari makanan pokok, seperti lauk pauk, ditambah cemilan supaya cepat gemuk, maka manusia ruh juga demikian.

Makanan manusia ruh itu bukan nasi dan lauk pauk, melainkan pahala ibadah, baik ibadah fardhu maupun ibadah sunnah. Adapaun cemilannya adalah dzikir dan wirid-wirid yang diistiqomahkan. Dengan mendapat asupan yang cukup dan seimbang, makanan lahir dan makanan batin, maka kehidupan manusia menjadi seimbang, homeostatis. Dengan kehidupan yang seimbang, berarti manusia bisa menyelaraskan kehidupannya dengan kehidupan alam semesta yang tercipta seimbang. Itulah kehidupan yang paling ideal, kehidupan orang berilmu, beriman, dan bertakwa, untuk mencapainya, orang harus berthoriqoh.

Terakhir, tradisi masyarakat Islam mengenal adanya majlis dzikir, yakni sekumpulan orang yang secara rutin  menyelenggarakan dzikir bersama, dengan frekwensi tertentu.

Pada masyarakat modern, majlis dzikir seperti thoriqoh ini akan sangat efektif  dalam membuat keseimbangan antara menuruti dinamika kerja yang terus menantang dan dorongan bathin  yang merindukan ketentraman spiritual.

Buku ini akan mengajak Anda menyelami samudra dzikir atau tashawuf (aspek bathin dari agama). Pembaca akan diajarkan selangkah demi selangkah dengan bahasa kekinian demi kesadaran akan tujuan hidup yang hakiki. Hidup Anda akan diarahkan untuk kepentingan utama dari hidup itu sendiri, yakni lebih dekat kepada Tuhan sebagai "Asal Sejati" sekaligus "Tujuan Akhir". Mungkin, itulah alasan kenapa judul lengkapnya dipilih " Thoriqoh Sebagai Makanan dan obat. Mengikuti Jalan Mursyid, menggapai sorga dunia dan sorga akhirat".

Akhirul kalam,  buku ini sangat penting dimiliki oleh setiap muslim yang ingin lebih dalam menghayati nilai-nilai keagamaan yang bukan sekedar ritual jasad dan teori keyakinan yang kering secara spiritual. Untuk para praktisi thoriqoh rasanya buku ini adalah buku wajib yang perlu dijadikan koleksi.

Apabila Anda tertarik untuk mendapatkan buku ini, bisa langsung kontak Verri JP,  WA No. 08111494599 sekarang juga..

Tidak ada komentar:

Posting Komentar