Rabu, 24 Juli 2019
Ego monster
*EGO MONSTER!*
By : Hermawan GS
Usai isi seminar tadi pagi disebuah kampus, sorenya saya menangani klien terapi seorang suami yang datang dengan keluhan stres dan depresi sebab ia merasa istrinya tidak mencintai dan mempedulikan dirinya..
Laki-laki ini menceritakan perihal perselisihan yang sering terjadi antara ia dan istrinya, yang sering berujung pada keinginan untuk memutuskan bercerai, padahal pernikahan sudah berjalan selama 17 tahun lamanya..
Lalu saya tanya,
"Apakah anda mencintai istri anda?"
"Saya masih sangat mencintainya pak, tapi saya lihat istri saya sepertinya sudah tidak mencintai saya, ia sudah tidak peduli lagi dengan saya.." jawabnya.
"Darimana anda tahu, bahwa istri anda sudah tidak mencintai anda lagi?"
Tanya saya lagi.
"Ya dari sikapnya pak, dulu kalau kami lagi berantem, saya memilih untuk pergi keluar rumah, sampai berhari-hari saya sengaja ga mau pulang, kalau ga menginap dirumah teman, saya menginap di hotel untuk menenangkan diri.."
"Biasanya 3-4 hari berikutnya, istri saya menghubungi saya, meminta maaf, dan memohon kepada saya untuk kembali pulang kerumah.."
"Dan akhir-akhir ini, jika saya pergi keluar rumah, meski berhari-hari saya ga pulang, ga kasih kabar, istri saya sama sekali tidak pernah berusaha menghubungi saya.."
"Saya merasa istri saya sudah tidak membutuhkan saya lagi, padahal saya masih sangat mencintainya, saya berharap ia mencari saya, atau menelpon saya, tapi sekarang ia tidak peduli lagi kepada saya, meski saya 2 minggu lebih tidak pulang, ia tidak mengkwatirkan keadaan saya.."
Lalu saya tanya lagi,
"Itu yang membuat anda menyimpulkan bahwa istri anda sudah tidak mencintai anda lagi?"
"Iya pak.."
"Saya bingung pak, saya semakin stres jika hal ini terus berulang-ulang terjadi..dan yang membuat saya semakin stres adalah saat saya mengancam akan menceraikannya, ia bilang dengan santainya, terserah ayah saja..aku juga sudah capek..jawab istri saya.."
"Lalu sekarang, apa yang sebenarnya bapak inginkan dari saya?" Tanya saya lagi.
"Saya ingin mempertahankan rumah tangga saya pak, saya ingin istri saya bisa kembali seperti dulu, kembali peduli dan mencintai saya..saya dengar bapak bisa membantu mengembalikan keharmonisan rumah tangga.."
"Saya datang kesini juga atas anjuran istri saya, yang mengatakan bahwa saya butuh diterapi, meski sebenarnya saya ga butuh diterapi, menurut saya istri saya yang butuh diterapi.."
"Tapi karena ia mengancam saya, kalau saya tidak mau diterapi oleh bapak, istri saya tidak mau menerima saya lagi..makanya saya kesini.."
"Berarti bapak datang kepada saya bukan atas kemauan sendiri dong?"
"Ga juga sih pak, saya kesini juga karena saya butuh di terapi pikiran saya, sebab saya mulai susah tidur gara-gara masalah ini..saya pingin bisa tidur nyenyak kembali pak.."
Singkat cerita, akhirnya dengan beberapa teknik hipnoterapi saya bantu bapak ini untuk mendapatkan rasa percaya diri lagi, rasa berharga, rasa dibutuhkan, berdamai dengan dirinya sendiri..
Dan terutama yang paling penting adalah *EGO MONSTER*(Ego yang suka ngambekan, mudah baperan, yang ingin diperhatikan, yang ingin dianggap penting, yang suka kabur pergi dari rumah berhari-hari) ini bisa saya tenggelamkan dan saya minta dominasinya digantikan dengan *EGO BIJAKSANA*(Ego yang dewasa dalam bersikap, yang bijak dalam bertindak, yang jernih dalam berpikir)..
Saat Ego Bijaksana ini saya minta hadir ke permukaan, suara bapak ini berubah lebih berkharisma dan berwibawa..
Beda banget saat saya bicara dengan Ego Monster, suaranya lebih terasa ngotot, mau menang sendiri, dan ingin memaksakan kehendak..
Padahal jika bapak ini tahu, sesungguhnya apa yang dialaminya adalah atas saran saya kepada istrinya..
Jadi sebelum bapak ini datang kepada saya, saya sudah bertemu dengan istrinya, yang mengeluhkan kelakuan suaminya..
Ibu ini menceritakan kebiasaan suaminya yang kalau marah, langsung pergi keluar rumah dan kadang sampai berhari-hari suaminya ga pulang kerumah, sampai ia memohon kepada suaminya agar pulang kerumah..
Lalu saya sarankan begini,
"Ibu..jika ibu lakukan hal itu terus menerus, maka sebenarnya ibu sendiri yang membuat Ego Monster ini semakin membesar, menguat, dan mendominasi suami ibu.."
"Mulai sekarang, jika suami ibu ngambek dan pergi keluar rumah lagi, jangan pernah sekalipun ibu hubungi atau ibu cari-cari..biarkan saja, sampai nanti ia pulang sendiri.."
"Ini seperti jika anak ibu yang kecil lagi ngambek, nangis teriak-teriak, marah-marah, lalu guling-guling kelantai minta mainan, dan saat ibu penuhi keinginannya, maka Ego Monster ini akan semakin membesar, menguat, dan semakin dominan menguasai anak tersebut.."
"Saat ibu penuhi keinginannya agar ia berhenti menangis, maka si anak akan menggunakan cara yang sama untuk menekan dan memaksa ibu dengan cara nangis-nangis, teriak-teriak, guling-guling kelantai.."
"Jika ibu penuhi permintaannya, itu seperti ibu sedang memelihara dan memberi makan Ego Monster ini.."
"Jadi cara terapinya ya biarkan saja anak nangis-nangis, teriak-teriak, guling-guling dilantai, yang penting awasi anak tetap aman kondisinya..jauhkan anak dari benda/barang yang bisa mencelakai dirinya..nanti anak akan berhenti menangis dengan sendirinya.."
"Biarkan ia tahu, biarkan ia belajar, bahwa caranya menekan dan memaksa ibu untuk tunduk memenuhi permintaannya seperti itu tidak akan menghasilkan apa-apa, percuma dan sia-sia.."
"Dan ketika anak berhenti menangis katakan, bahwa ibu tidak suka dengan caranya, ibu akan mencintainya jika ia menjadi anak yang baik, yang penurut, yang taat..anak yang penuh pengertian, dan bukan anak yang suka ngambekan, yang cengeng, yang kelakuannya menyebalkan.."
"Ini sama juga saat anak minta sesuatu disaat ibu lagi menerima tamu, saat anak ibu merengek-rengek, karena ibu ga mau terlihat malu didepan tamu, lalu ibu penuhi permintaannya, maka anak ibu akan melakukan hal sama lagi ketika ia menginginkan sesuatu.."
"Sebab ia tahu, cara untuk mendapatkan keinginannya adalah dengan membuat ibu malu didepan tamu..apakah ibu ingin punya anak yang seperti itu?"
"Apakah ibu ingin memiliki anak yang tumbuh besar dengan karakter seperti ini?"
"Bukankah sudah banyak contoh, anak-anak yang tumbuh besar dengan Ego Monster yang pada akhirnya membuat orangtua menjadi susah sendiri?"
"Kalau dalam istilah jawa, anak yang tumbuh membesar dengan Ego Monster yang terlalu dominan, akan menjadikan anak "njiat" (bertingkah yang membuat orangtua mengelus dada, perilakunya senang menyiksa, bersikap durhaka) kepada orangtuanya.."
"Maka ibu jangan heran, jika membaca berita, seorang anak menyiksa/memukul/membunuh ibunya, gara-gara ibunya tidak mengabulkan permintaannya.."
"Sampai disini ibu paham?" Tanya saya.
"Tapi pak, saya kan malu sama anak-anak kalau bapaknya terus seperti ini? bagaimana saya harus menjelaskan hal ini kepada anak-anak saya? Kalau ayahnya ga pulang-pulang?"
Tanya ibu ini.
"Selama ibu tidak goyah, tidak menelpon dan menghubungi suami saat ia ngambek pergi keluar rumah, saat itulah Ego Monster tidak mendapatkan makanannya!"
"Cara mematikan /menghentikan pertumbuhan Ego Monster ini ya ibu harus bersikap tegas, tunjukkan bahwa ibu tidak suka dengan caranya, biarkan ia tahu, bahwa caranya tidak membuat ibu menjadi gusar, dan kwatir.."
"Biarkan ia belajar, bahwa caranya ini tidak efektif lagi, biarkan Ego Monster ini mati kelaparan(lapar perhatian).."
Lalu saya ceritakan kepada ibu ini, bahwa saya pernah menangani seorang anak laki-laki kelas 2 SMA yang jika marah, ia suka membanting dan memecahkan barang-barang berharga, bahkan sering mengancam bunuh diri, dengan membawa pisau dengan melukai pergelangan tangan dan lehernya sendiri..
Saat itu, saya menuju kerumahnya dikawasan elit jakarta..
Disana, dirumah mewah yang sangat asri, sejuk, yang semestinya mendamaikan jiwa, penghuninya(sepasang suami istri) justru merasa stres dengan kelakuan anak laki-lakinya..
Pasangan suami istri ini sudah merasa putus asa, dan hampir menyerah kalah dengan masalah yang sedang dihadapinya..
Anak pertamanya yang perempuan sedang menyelesaikan studi S2 di London, dan yang tinggal dirumah adalah anak bungsunya, anak laki-laki yang menurut ayahnya adalah putera mahkota yang diharapkan bisa melanjutkan kerajaan bisnisnya..
Tapi fakta yang terjadi, perilaku anaknya justru sering membuat pasangan ini merasa sedih dan prihatin..
Sebab, kebiasaan sang anak semakin hari semakin menjadi-jadi..
Saat sang anak ingin pergi membawa mobil sendiri dan dilarang, si anak pasti murka dan membanting/memecahkan barang-barang dirumah..
Padahal maunya orangtua, si anak kemana-mana harus dianterin sopir, sebab ia belum memiliki SIM..
Saat orangtua menghukum anaknya dengan memblokir kartu kreditnya, sang anak mengancam akan bunuh diri dengan terjun dari lantai 3 rumahnya..
Puncaknya adalah saat sang anak mulai punya pacar, dan kebetulan pacarnya ini berbeda agama..
Sang anak tetap sering pergi bersama pacarnya dan pulang larut malam sampai dirumah..
Saat anak diberitahu agar fokus pada sekolahnya, dan memutus hubungannya dengan pacarnya, sang anak malah mengancam akan pindah agama..dan mengancam akan bunuh diri dengan memotong nadi pergelangan tangannya..
Saat itu, kebetulan ketika saya ada dirumahnya, anak laki-laki ini sedang "berulah" mendemonstrasikan kemarahannya kepada ibunya..
Ayahnya yang mencoba membujuk anaknya, saya minta untuk naik kelantai dua..ibunya yang juga ketakutan melihat anaknya sedang menggengam pisau, saya minta untuk tetap tenang..sambil saya katakan,
"Ibu tenang saja, jangan dengarkan ancamannya, biarkan anak ibu teriak-teriak sampai puas, nanti juga ia akan capek sendiri.."
"Tapi pak, saya takut ia akan membuktikan ancamannya.." dengan wajah cemas ibu ini menatap saya.
"Ibu harus percaya sama saya..inshaa Allah apa yang ibu kwatirkan tidak akan terjadi, sebab saya tahu, dari pengalaman saya menangani klien terapi, saya bisa melihat apakah ancaman tersebut benar-benar serius atau hanya untuk menggertak saja.."
"Dan yang saya lihat saat ini, anak ibu hanya menggertak saja, ia tidak benar-benar ingin melakukannya.."
Meski saya lihat sang anak mulai memainkan pisau di pergelangan tangannya, lalu berpindah ke lehernya, saya melihat semua yang dilakukan hanya untuk menakut-nakuti saja..
Lalu saya katakan kepada ibu ini, untuk mengikuti arahan saya..
Saya minta ibu ini untuk mengatakan begini,
"Ya sudah nak, kalau kamu memang pingin bunuh diri, bunuh diri saja..ibu sudah capek dengan semua ini, yang penting pastikan kamu nanti benar-benar mati, ibu rela jika kamu mati, daripada kamu hidup bergelimang dosa seperti ini, terus tiada habisnya kamu menyiksa perasaan dan melukai hati ayah dan ibu.."
Saya lihat sang anak mulai kelihatan bingung, ia terus mengancam akan memotong nadi pergelangan tangannya, sampai mau menggorok lehernya sendiri..
Dengan arahan saya, ibunya saya suruh ngomong begini,
"Ya sudahlah nak, buruan saja kalau kamu mau mati, biar ibu segera kubur kamu, biar ayah dan ibu tidak lagi tersiksa seperti ini.."
Lalu sang anak lari naik tangga menuju lantai 3 rumahnya, saya dan ibunya mengikutinya dari belakang..
Saya lihat sang anak sudah menaikkan sebelah kakinya ke pagar, mengancam akan terjun bunuh diri..
Saya suruh ibunya untuk mengatakan begini,
"Sudah buruan kamu terjun, buruan kamu mati aja..ayah dan ibu sudah ga kuat lagi melihat kelakuanmu seperti ini.."
"Yang penting pastikan kamu nanti benar-benar mati, jangan sampai kamu nanti malah cacat seumur hidup, jangan sampai kamu nanti malah patah tangan, kaki, atau lumpuh..nanti malah semakin merepotkan ibu.."
"Ibu itu sayang sama kamu, ibu sangat mencintai kamu..tapi kalau kamu terus seperti ini, kalau ini adalah pilihanmu, ibu tidak bisa apa-apa..ibu tidak bisa menahan keinginan kamu.."
"Ibu ikhlas kalau kamu mau bunuh diri.. meski ibu akan kehilangan anak kesayangan ibu..ibu pasrah..jika takdir kamu mati bunuh diri.." Si ibu mengatakan ini sambil nangis sedih..
Lalu akhirnya sang anak mengurungkan niatnya dan menghampiri ibunya sambil memeluk tubuh ibunya ia mengatakan,
"Maafin aku ya bu, aku sudah membuat ibu seperti ini..aku janji tidak akan melakukan ini lagi..aku akan nurut apa kata ibu, aku ga mau jadi anak durhaka.." sang anak mengatakan sambil nangis tersedu-sedu..
Lalu saya panggil ayahnya untuk memeluk anak laki-lakinya sambil mengatakan bahwa ia sangat mencintai anak laki-lakinya..
Hari itu, saya bersyukur Allah SWT menurunkan hidayahNya kepada anak laki-laki yang selama ini dirinya dikuasai oleh Ego Monster..
Saya pulang dengan perasaan bahagia yang tak terkatakan, melihat ayah, ibu, dan anak laki-lakinya saling berpelukan..
Dan alhamdulillah..sesi terapi hari ini yang berlangsung hingga sore berjalan dengan hasil yang menggembirakan..
Dengan bukti saya menyaksikan sang Ego Bijaksana terlihat lebih menonjol saat klien membuka mata, hingga pamit pulang kepada saya..
Tinggal besok saya akan telpon istrinya, untuk kelanjutan sesi pertemuan berikutnya..
Let's Transform!
🙏
HGS
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar