Tiba2 saja gas menghilang dari kawasan Jabotabek, dimulai dari Depok, kemudian Jaksel lalu ke Jakarta Utara.
Saya mendengar ucapan2 ibu rumah tangga di lingkungan saya tinggal di Jakarta Utara yang mengeluhkan menghilangnya gas melon dari warung2 pengecer. Namun, ada surprisenya yaitu munculnya gas warna pink selain yang warna biru yang beratnya 12 kg.
Hakikinya gas melon itu peruntukannya ditujukan kepada orang miskin, namun ternyata di lapangan baik kalangan menengah maupun atas pakai gas melon juga.. (mungkin klas atas ikut2 saja (jawa:melon) :) makanya ikutan beli gas hijau tersebut) alhasil kebutuhan gas melon menjadi meningkat drastis.
Di pasarab gas melon menghilang mungkin saja karena permintaan kebutuhan jelang natal, namun apakah benar demikian?
Pengalaman menghilangnya BBM (bahan bakar minyak) premium dulu seperti itu. Pertama, premium menghilang dari pasaran, kedua muncul pertalite, terus di survey katanya masyarakat tidak menyukai BBM premiun terlihat dari penjualan premium yang turun sementara Pertalite naik. Akhirnya, BBM premium dibeberapa SPBU dihilangkan.
Idem dito dengan kasus premium, bisa jadi akan dimasyarakatkan lagi gas Pinky yang harganya di atas gas melon agar pendapatan dari sektor gas meningkat atau bahasa lainnya mengurangi subsidi gas ke masyarakat.
Apapun solusinya, kini sebagian masyarakat sudah mengalihkan diri ke Bahan Bakar Kayu (BBK), kembali lagi ke jaman "flintstone". Hati2 saja karena efek jangka panjangnya hutan2 sebagai suplier kayu akan ditebangi secara ilegal oleh kalangan yang tidak bertanggung jawab demi dapur "ngebul".
Semoga sih tidak demikian..
Jakarta, 9/12/17
Salam,
Verri JP
#bahanbakarkayuBBK
#verrijp
#theraafiat
#gasmelonhilang
#gaspinky
